Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik (Sagala, 2009: 61). Mengajar merupakan suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar (Nana Sudjana, 1989:29). Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha merubah tingkah laku atau tanggapan yang diperolehnya melalui pengalaman.
Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Melalui interaksi antar individu dan lingkungannya maka siswa memperoleh pengalaman yang selanjutnya mempengaruhi kelakuannya sehingga berubah dan berkembang. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya yang menyebabkan perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, dan daya pikir.
Berkaitan dengan matematika, Nikson dalam Muliyardi (2003: 2) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksikan sikap konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi. Sehingga konsep atau proses itu terbangun kembali.
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pembejaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru mendorong dan menfasilitasi siswa belajar bukan pada apa yang dipelajari siswa. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan bahwa siswa lebih banyak berperan dalam menkonstruksikan pengetahuan bagi dirinya dan bahwa pengetahuan itu bukan hasil proses transformasi dari guru.
Pada prinsipnya strategi yang digunakan dalam pembelajaran matematika adalah memberikan kemungkinan seluas-luasnya kepada para siswa untuk berpartisipasi aktif berfikir dalam belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 46):
Keterlibatan siswa dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengdakan latihan-latihan dalam pem,bentukan keterampilan.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa dalam proses pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan guru yaitu siswa terlibat secara mental dan fisik serta terlibat dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan. Keterlibatan mental misalnya siswa bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan teman lainnya. Sedangkan keaktivan fisik misalnya siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Untuk melibatkan beberapa hal tersebut, dibutuhkan strategi yang dapat memancing kreativitas dan keaktivan siswa.
[marthayunanda]